Monday, April 28, 2025

 

Shibori adalah teknik jumputan dari Jepang dimana selembar kain dilipat atau diserut atau diikat atau dijahit sedemikian rupa, lalu dicelup ke pewarna untuk menghasilkan berbagai motif unik. Ada 3 teknik sederhana yang bisa kamu praktekkan juga di rumah. Sebenarnya hampir semua jenis kain bisa digunakan asal kain berserat alami. Kalau kain sintetis biasanya warnanya susah menempel. Untuk pewarnanya, jika sulit mendapatkan bubuk indigo yang merupakan warna khas dari Shibori, bisa digunakan pewarna tekstil bentuk bubuk merk Dylon warna biru tua yang biasa dijual di pasar.

 

 

 

ALAT DAN BAHAN
Kain blacu
Kelereng
Pipa paralon
Karet gelang
Impraboard
Panci
Capitan
Baki atau wadah datar ukuran besar
Sarung tangan karet atau plastik
Garam
Pewarna tekstil

POLA SALUR
Bentangkan kain, letakkan pipa paralon di salah satu sudut kain secara diagonal, lalu gulung kain. Serut kain lalu ikat dengan karet gelang di beberapa bagian sepanjang pipa.

POLA LINGKARAN
Manfaatkan kelereng untuk menghasilkan pola lingkaran. Kami mencoba membuat pola lingkaran yang disusun membentuk huruf “S”. Caranya buat sketsa huruf yang diinginkan dengan pensil, tandai di beberapa titik dengan jarak sekitar 7-10cm. Tempatkan sebutir kelereng di tengah titik, bungkus dengan kain blacu, lalu ikat dengan karet gelang.

POLA SEGITIGA
Lipat bolak-balik kain blacu sebanyak empat kali. Gunting Impraboard menjadi bentuk segitiga sebanyak dua buah dengan ukuran lebar sedikit lebih kecil dari lebar kain blacu yang sudah dilipat. Lipat bolak-balik kain blacu membentuk segitiga sesuai ukuran pola. Letakkan impraboard segitiga di atas dan di bawah tumpukan. Kencangkan dengan karet gelang. Impraboard ini gunanya untuk mencegah pewarna meresap ke bagian tengah lipatan. Jadi harus dipastikan agar impraboardnya cukup kencang menjepit kain ya.

MEWARNAI KAIN
Bila kain blacu sudah dalam keadaan terlipat atau terikat, panaskan air sebanyak dua liter dalam panci besar. Setelah mendidih, masukkan garam dan bubuk pewarna tekstil dengan perbandingan 2:1. Untuk air sebanyak dua liter cukup dua sendokteh garam dan 1 sendokteh pewarna. Campuran ini sudah bisa digunakan untuk mewarnai cukup banyak kain dalam ukuran kecil. Masukkan kain-kain blacu lalu rendam selama 2 menit. Untuk motif salur, bila susah merendam pipa paralon, bisa coba mengguyur kain blacunya dengan bantuan centong.

SPONSORED CONTENT

by 

 

 

Setelah 2 menit, ambil kain-kain dengan bantuan capitan. Tiriskan lalu pindahkan ke atas baki. Tunggu hingga kain sudah dingin, baru buka ikatan perlahan-lahan. Jemur kain di tempat teduh yang tidak terkena sinar matahari langsung.

Coba gunakan kain berukuran kecil untuk menjajal teknik yang kamu suka sebelum mengerjakan project berskala besar. Kami menggunakan kain-kain blacu ukuran 50x50cm agar bisa mencoba beberapa teknik. Kain-kain ini bisa dijahit menjadi cushion cover, atau mungkin jadi headscarf. Untuk alas piknik, kamu bisa memakai kain berukuran 125x180cm lalu menambahkan kain pelapis di bagian bawahnya.

Kamu bisa bereksperimen sendiri mencoba cara lain untuk mengikat kain blacu atau mengubah potongan impraboard jadi bentuk bulat, misalnya. Selamat mencoba!

Shibori merupakan istilah Jepang yang digunakan untuk mendefinisikan berbagai cara menghias kain atau bahan tekstil dengan cara mencelup kain yang sudah diikat, dijahit, atau dilipat sesuai pola tertentu. Di indonesia sendiri, shibori biasa disebut jumputan walaupun secara teknik masih dilakukan dengan cara-cara yang cukup sederhana. Berbeda dengan kain tekstil yang dijual di toko kain pada umumnya, shibori memiliki keistimewaan tersendiri berupa unsur warna dan motif yang tidak terduga dari proses pencelupan. 

 

 

 

 

 

 

Teknik menghias kain secara tradisional yang cukup populer di Jepang ini biasa dilakukan menggunakan bahan celup indigo alami diatas kain katun putih. Tidak seperti teknik tie-dye yang berkembang pada umumnya, shibori lebih berfokus pada pola desain secara keseluruhan yang pengutamakan pengendalian pola. Shibori yang masuk kedalam kategori celup ikat ini dikembangkan di beberapa negara, seperti Indonesia dan Jepang.

Sumber : http://theardentthread.com

Shibori sendiri lebih menerapkan teknik resist-dyeing, atau proses pencelupan sebagian kain dengan cara mencegah bagian lainnya agar tidak terkena zat warna. Resist itulah yang berperan untuk menghentikan bahan pewarna agar tidak menyerap ke bagian kain yang tidak diinginkan. Oleh sebab itulah dalam membuat Shibori, pemahaman mengenai teknik celup ikat ini sangat dibutuhkan. 

Sumber : http://www.suzusan.com

Tidak mengherankan jika para pakar Shibori di Jepang dianggap sebagai harta nasional, sampai-sampai hasil karyanya disimpan di museum-museum dan sebagian dikoleksi secara pribadi oleh para pecinta kain tradisional. Karena pada dasarnya teknik yang digunakan dalam membuat shibori tak hanya tergantung pada pola hiasan yang akan dibuat tapi juga karakteristik kain. 

Sumber : http://www.bedeckhome.com

Berikut beberapa jenis Shibori yang cukup populer dan paling banyak diaplikasikan untuk menghias kain.

Shibori Kanoko

Shibori Kanoko dibuat dengan cara mengikat kain pada bagian tertentu untuk mencapai pola yang diinginkan. Pada dasarnya pola yang dihasilkan sangat tergantung pada seberapa ketatnya ikatan kain dan bagian mana ikatan tersebut diterapkan. Bika sebelumnya kain diikat secara acak, maka pola yang dihasilkan akan berbentuk bulatan-bulatan yang tidak beraturan. 

Sumber : https://www.risingsunimports.com

Shibori Miura

Shibori Miura yang dikenal sebagai ikatan loop (lubang) merupakan  teknik menghias kain yang dilakukan dengan mencabut bagian-bagian tertentu pada kain dengan menggunakan jarum kait. Benang tersebut tidak disimpul mati melainkan dikencangkan. Hasil akhir dari proses ini yaitu berupa selembar kain yang memiliki kemiripan dengan pola air. 

Sumber : http://narablog.com

Shibori Arashi

Shibori Arashi merupakan jenis shibori yang buat dengan cara melilitkan kain pada sebuah tiang, lalu diikat kencang dengan benang disepanjang tiang. Setelah itu kain didorong hingga membentuk sebuah kerutan. Sesuai dengan namanya shibori arashi akan menghasilkan kain lipit berpola serong yang menyerupai hujan dikala badai.

Sumber : http://www.surfacedesign.org

Shibori Kumo

Shibori Kumo dibuat dengan mengikat bagian-bagian tertentu pada kain secara halus dan merata. Selanjutnya kain tersebut diikat menjadi bagian-bagian yang berdekatan satu sama lain, sehingga menghasilkan pola hiasan yang mirip sarang laba-laba.

Sumber : https://www.flickr.com

Shibori Nui

Shibori Nui dilakukan dengan membuat jahitan jelujur sederhana pada selembar kain kemudan menariknya seketat mungkin supaya menghasilkan sebuah kerutan yang rapat. Dibandingkan dengan teknik lainnya, pembuatan shibori nui cenderung memakan waktu yang cukup lama meski pola hiasan yang dihasilkan jauh lebih bervariasi. 

Seperti halnya teknik jumputan yang berkembang di Indonesia dalam pembuatan kanoko shibori alat-alat yang dibutuhkan diantaranya berupa sendok ukur, kain katun berwarna putih, garam, benang tebal atau karet gelang, panci, sarung tangan karet, spatula dan pewarna kain. Pertama-tama cuci kain yang telah dipersiapkan menggunakan air bersih.

Sumber : http://crafts.tutsplus.com

Letakkan kain tersebut diatas meja kayu yang rata secara mendatar.

Sumber : http://crafts.tutsplus.com

Ikat kain pada beberapa bagian sesuai dengan pola atau ragam hias yang diinginkan menggunakan benang atau karet gelang. 

Sumber : http://erinlouise.com

Campurkan 1 paket pewarna kain dengan air panas secukupnya, sambil diaduk menggunakan spatula masukkan garam sebanyak 5 sendok makan. Biarkan campuran air dan pewarna menyatu sesuai dengan suhu ruangan.

Sumber : http://crafts.tutsplus.com

Rendam kain yang sudah diikat kedalam campuran pewarna selama kurang lebih 20 menit sampai zat warna meresap sempurna kedalam serat kain.

Sumber : http://artthreads.blogspot.com

Cuci kain dengan air dingin hingga warna airnya berubah menjadi jernih kemudian lepaskan semua ikatannya. Bilas kembali kain tersebut dengan air bersih.

Sumber : http://www.prillamena.com

Terakhir, jemur kain dibawah sinar matahari dan tunggu hingga mengering. 

Shibori merupakan teknik menghias bahan tekstil dari Jepang yang dapat diperoleh dengan cara mengikat, melipat, memelintir atau menekan kain. Salah satu jenis shibori yang sangat populer yaitu berupa arashi shibori yang memiliki pola hias berbentuk garis-garis menyerupai hujan dikala badai. Arashi shibori dikenal juga sebagai shibori yang dililitkan di sekeliling silinder, lalu diikat kencang dengan benang kemudian didorong hingga berkerut. 

 

Sumber : http://blog.eltarrodeideas.com

Dalam membuat arashi shibori, perlengkapan yang dibutuhkan diantaranya berupa kain sutra atau katun berwarna putih, sendok ukur, pipa PVC, benang, gunting, pewarna kain, garam untuk penguat warna, spatula, panci, sarung tangan karet, dan baskom berisi air dingin.

Sumber : https://onesmallstitch.wordpress.com

Proses pembuatan arashi shibori dimulai dengan melilitkan kain pada bagian luar pipa PVC dan mengikatnya menggunakan benang yang telah dipersiapkan. 

Sumber : http://honestlywtf.com

Setelah seluruh bagian kain yang melilit di sepanjang pipa terikat dengan kuat, selanjutnya dorong kain hingga berkumpul pada ujung pipa dan membentuk sebuah kerutan yang sangat rapat. 

Sumber : http://quilterb-bethsblog.blogspot.com

Tuangkan pewarna kain dan garam sebanyak 5 sendok makan ke dalam panci yang berisi air panas kemudian aduk secara merata menggunakan spatula. 

Sumber : http://honestlywtf.com   

Celupkan kain yang terikat pada pipa PVC ke dalam larutan pewarna dan diamkan selama beberapa menit. 

Sumber : http://honestlywtf.com

Setelah zat warna meresap sempurna ke dalam serat kain, pindahkan gulungan kain tersebut ke dalam baskom berisi air dingin untuk proses fiksasi sekaligus menghilangkan sisa pewarna yang tidak terserap oleh kain.

Sumber : http://pixgood.com

Lepaskan benang yang terikat kuat disepanjang pipa menggunakan bantuan gunting, kemudian bilas kembali kain tersebut menggunakan air bersih. 

Sumber : http://honestlywtf.com

Terakhir, jemur kain dibawah sinar matahari dan biarkan mengering secara alami.

Artikel sebelumnya telah membahas macam-macam kain jumputan.... nahhh sekarang kita bahas bagaimana proses membuat kain jumputannya. Prosesnya terbilang simpel dan sederhana. Bahan dan alat yang digunakan juga mudah didapat. Kain jumputan lebih sering disebut kain tie-dye (ikat celup). Prosesnya hanya dengan mengikat-ikat kainnya lalu dicelup pada pewarna. Tanpa ada proses pelilinan seperti pada batik. Pada kain jumputan, yang digunakan untuk mencegah terserapnya pewarna pada bagian yang diikat yaitu memakai tali rafia, karet, biji-bijian, balok-balok kayu, setik-setik atau jahitan. Kain jumputan bisa dibuat dengan satu warna atau beberapa warna.... hemmm masih bingung n gak kebayang yahh...  Yuks belajar proses pembuatannya...

1. Siapkan alat dan bahannya

Alat dan bahan berupa kain putih (katun, sutra), sabun cuci/ detergen, bahan pengisi (batu kecil, kelereng, biji-bijian), balok kayu, bahan pengikat (tali rafia, karet, benang), jarum, gunting, pewarna (sintetis/ alam), botol, karet busa, kuas, sarung tangan, kompor, panci, dan setrika. Alat dan bahan tersebut mudah didapat, misalnya dapat dibeli ditoko, dapat dibuat sendiri atau memanfaatkan barang-barang bekas yang ada disekitar rumah.

2. Siapkan Kain

Kain yang akan diwarna dicuci dengan air panas yang dicampur dengan sabun. Hal ini dilakukan untuk menghindari kain mengkerut. Setelah dicuci dengan air sabun, kain dibilas hingga bersih dan peraslah. Selagi masih lembab lakukan proses pengikatan.

(Sumber gambar: Buku “Batik dan Jumputan” by Joko Dwi Handoyo)

3. Proses Pengikatan Kain

Buatlah pola desain sebelum proses pengikatan. Pada tahap permulaan, kita berlatih membuat pola dasar. Setelah itu kita dapat melanjutkan latihan dengan pola yang lebih variatif. Bisa juga dengan menjumput kain dan masukan batu lalu ikatlah. Buatlah beberapa jumputan.

(Sumber gambar: http://yokimirantiyo.blogspot.com)

Ingin belajar membatik? Klik Disini untuk melihat video tutorial membatik.

4. Proses Pewarnaan

Warna mempengaruhi hasil desain. Penggunaan warna lebih dari satu lebih rumit dalam pengerjaannya. Pewarnaan dimulai dari warna yang paling muda. Warna gelap digunakan pada tahap pewarnaan paling akhir. Untuk membuat berbagai warna digunakan tiga warna dasar merah, kuning dan biru. Campuran warna merah dan biru menghasilkan warna ungu. Merah dan kuning menghasilkan warna jingga atau orange. Kuning dan biru menghasilkan warna hijau. Untuk menghasilkan warna muda digunakan pewarna yang encer. Untuk warna tua digunakan pewarna yang pekat dan kental.

Pewarnaan bisa dilakukan seperti saat pewarnaan kain batik. Namun biasanya untuk menghasilkan warna yang bagus dan tahan lama, kain jumputan diwarna dengan cara direbus. Caranya: siapkan panci pewarnaan. Perhitungkan besar kecilnya panci agar dapat menampung seluruh kain yang akan diwarna. Panci harus cukup besar untuk menampung kain sehingga kain tidak tumpang tindih. Isilah panci dengan air panas, lalu masukkan pewarna yang warnanya gelap karena lebih mudah merata daripada yang terang. Pewarna yang warnanya terang dapat diencerkan untuk mendapatkan hasil yang rata. Letakkan panci di atas api agar tetap panas selama proses pewarnaan. Hasil pewarnaan akan awet. Gunakan bilah kayu untuk memutar-mutar kain dalam larutan sampai warnanya merata.

(Sumber gambar: Buku “Batik dan Jumputan” by Joko Dwi Handoyo)

5. Proses Pencucian Kain

Proses pewarnaan dilakukan selama satu jam. Kain kemudian diangkat dan dibilas dengan air yang mengalir hingga bersih. Rendamlah kain yang sudah bersih tersebut dalam larutan cuka. Hal ini dilakukan untuk mencegah agar warna kain tidak luntur. Setelah dibilas bersih, ikatan pada kain dilepas satu persatu. Kain dibilas lagi dalam air mengalir hingga jernih. Setelah bersih, kain dibentangkan di jemuran agar kering. Kain yang sudah kering disetrika supaya kain halus dan pola yang dihasilkan terlihat.

Ada beberapa teknik untuk menghasilkan motif yang unik dan menarik yang bisa kita pilih, antaranya yaitu:

a. Ikat Mawar

Kita mulai membuat lingkaran dengan menjumput kain. Ikatan bagian dasar jumputan dengan tali karet. Garis tengah lingkaran yang akan terbentuk dua kali tinggi jumputan kain.

(Sumber gambar: Buku “Batik dan Jumputan” by Joko Dwi Handoyo)

b. Ikatan Mawar Berbelit atau Ledakan Matahari

Membuat pola ikatan mawar berbelit sama seperti membuat ikatan mawar. Kita mulai mengikat bagian dasarnya. Teruskan dengan membuat ikatan spiral menuju puncak jumputan. Bila ingin membuat pola yang lebih rumit lagi buatlah tali yang lebih banyak.

(Sumber gambar: Buku “Batik dan Jumputan” by Joko Dwi Handoyo)

c. Ikatan Donat atau Mawar Ganda

Ikatan donat membentuk pola desain lingkaran berlapis. Ikatan donat dibuat dengan cara memegang dasar kain dengan tangan kiri.

(Sumber gambar: Buku “Batik dan Jumputan” by Joko Dwi Handoyo)

Ingin membeli alat-alat membatik? Klik Disini untuk mendapatkan alat-alat membatik.

d. Ikatan Garis

Kita memulai membuat garis dengan kapur atau pensil. Kain dilipat menurut garis dan diikat kuat-kuat. Untuk membuat beberapa garis, tariklah beberapa garis pedoman.

(Sumber gambar: Buku “Batik dan Jumputan” by Joko Dwi Handoyo)

e. Ikatan Garis Ganda

Garis ganda digunakan untuk membuat pola desain kain yang ukurannya tidak beraturan. Untuk menciptakan garis yang tidak teratur mulailah dengan membuat lipatan. Tekuklah kemudian jumputlah untuk membuat ikatan.

(Sumber gambar: Buku “Batik dan Jumputan” by Joko Dwi Handoyo)

f. Ikatan Pengerutan

Teknik pengerutan menghasilkan desain pola marmer. Pola marmer dibuat dengan cara mengerutkan kain secara tidak teratur. Ikat kain kuat-kuat agar kerutan tidak lepas. Bila ikatannya kuat, maka menghasilkan motif ceplok-ceplok putih.

(Sumber gambar: Buku “Batik dan Jumputan” by Joko Dwi Handoyo)

g. Ikatan Penggumpalan

Teknik penggumpalan baik sekali digunakan untuk mewarnai kain yang sempit dengan pola bebas. Pola ini dapat dibuat dengan cepat dan mudah. Bentuklah kain menjadi gumpalan, lalu ikat dengan tali karet. Bila kainnya basah dan ikatannya kuat, maka warna yang terserap sedikit.

(Sumber gambar: Buku “Batik dan Jumputan” by Joko Dwi Handoyo)

h. Mengikat Benda

Pola ini dibuat dengan mengikat benda yang ukurannya seragam. Contohnya kelereng yang diikat dengan teknik ikatan mawar kecil. Bila ikatan-ikatan itu dipasang berjajar, maka pola yang dihasilkan berupa jajaran lingkaran yang seragam.

(Sumber gambar: Buku “Batik dan Jumputan” by Joko Dwi Handoyo)

i. Ubar Setik

Pola ini pembuatannya lebih rumit. Membuat ubar (warna) setik diperlukan benang dan jarum. Desain garis dibuat dengan cara menjahit jelujur membentuk garis. Desain pola donat dibentuk kupu-kupu, jantung, daun atau bentuk apapun sesuai dengan desain yang kita inginkan. Ujung benang pada setik ditarik kuat-kuat dan diikat sebelum diwarna.

(Sumber gambar: Buku “Batik dan Jumputan” by Joko Dwi Handoyo)

Ingin membeli batik tulis eksklusif? Klik Disini untuk melihat katalog kain batik.

Kain Jumputan dengan berbagai teknik dan motif

(Sumber gambar: http://etalasemuslimah.wordpress.com)

(Sumber gambar: http://soerya.surabaya.go.id)

Selamat mencoba dan mempraktekkan... Semoga bermanfaat.... 

Mencari pewarna kain? Lihat katalognya Di sini.

Kain pelangi atau kain jumputan merupakan produk kerajinan tenun yang diciptakan dengan teknik tie and dye. Di Indonesia sendiri, istilah tie dye sepertinya jarang digunakan karena sebagian masyarakat lebih sering menyebutnya dengan nama kain jumputan atau kain tenun ikat. Meski dibuat melalui serangkaian proses yang sama namun corak antara kain yang satu dengan lembaran lainnya bisa dipastikan tidak ada yang serupa. Oleh sebab itulah kain jumputan yang terkesan eksklusif menjadi sangat terkenal dan dikagumi oleh banyak orang.

 

Sumber : http://www.indokabana.com

Teknik tie dye diduga berasal dari seni bandhu yang usianya hampir sama dengan negeri India. Sedangkan para arkeolog menyebutkan bahwa tie dye sudah ada sejak 5000 tahun yang lalu di Mesopotamia, India, Peru, Mexico, Yunani, dan juga di Roma. Hal ini diperkuat dengan ditemukannya sebuah mummi dari tahun 1000 SM di Mesir yang dibalut dengan kain unik menyerupai kain jumputan. Kain tersebut diduga kuat berasal dari India dan menyebar hingga ke Mesir. 

Sumber : http:// www.effendygallery.wordpress.com

Bukti lain dari keberadaan teknik tie dye tertera pada Prasasti Sima yang dibuat pada abad ke-10. Prasasti tersebut menunjukkan bahwa di Indonesia telah berkembang dengan pesat teknologi pembuatan kain yang memiliki pola hias seperti pola tie dye atau jumputan. Hanya saja istilah yang digunakan oleh masyarakat untuk menyebut kain tersebut berbeda-beda. 

Sumber : http://azanklysm.blogspot.com

Masyarakat Palembang menyebut kain tie dye dengan istilah kain pelangi, masyarakat Banjarmasin menyebutnya dengan nama Sasirangan, sedangkan masyarakat Jawa menggunakan istilah tritik untuk mendefinisikan kain yang sama.

Sumber : https://anjaria0106.wordpress.com/

Kepopuleran teknik tie dye menjadi semakin meningkat ketika kaum hippies Amerika sering mengenakan busana yang dibuat dengan teknik tersebut pada akhir tahun 70-an. Motif-motif yang ditampilkan sebagian besar memuat nilai kehidupan dan kebebasan yang terinspirasi dari sejarah perang nuklir tahun 50-an. Di Indonesia sendiri, pengembangan kain ikat atau jumputan dipelopori oleh Ghea Sukasah Panggabean dan Carmanita Mambu. 

Sumber : http://www.tempo.co

Kain yang diidentikkan dengan unsur tradisional ini pada awalnya dibuat dengan bahan pewarna alami yang diperoleh dari lingkungan sekitar. Namun seiring dengan perkembangan dunia mode, teknik tie dye mulai dimodifikasi menjadi sebuah teknik modern yang dapat diaplikasikan pada berbagai produk fashion seperti kaos, rompi, jaket, jeans, legging, dan aksesoris. 

Sumber : https://jumputankito.wordpress.com/

Meskipun teknik celup ikat dapat diterapkan pada berbagai macam jenis kain, namun kain berbahan sutra atau katun tetap menjadi pilihan terbaik untuk mendapatkan hasil yang maksimal. 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

0 Comments:

Post a Comment

Subscribe to Post Comments [Atom]

<< Home